Selasa, 05 Januari 2010

Selamat Jalan Gus…. Semoga Negeri yang pernah Kau pimpin ini ndak lagi melarat, Semoga para pemimpinku memahami rakyat, Semoga para pemimpinku memegang amanat, Semoga para pemimpinku ndak suka khianat, Semoga bencana yang terjadi bukanlah laknat, Semoga papa pemimpinku yang suka maksiyat segera bertobat, Semoga mereka mudah menerima nasehat dan memberi manfaat – Akhirnya kita selamat dunia – selamat akhirat….

Seperti sama2 sudah kita ketahui, bahwa Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun. Ia salah satu tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Gus Dur lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”. Kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kyai yang berati “abang” atau “mas”.

Singkat cerita, pendidikan Gus Dur selepas SLTA adalah ke Mesir. Pada tahun 1963, Gus Dur dapat beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh Universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Gus Dur terpaksa mengambil kelas remedial.

Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa. Ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas. Detail tentang Gus Dur ada di WikiPedia.

Usai shubuh, saya ngobrol sampai jam 06 pagi di bawah tangga kantor ma’had Assalaam bersama Ustadz Rosyidi Asyrofi (Sesepuh Ma’had dan Ketua Dewa kyai PPMI Assalaam. Kemudian sekitar jam 08 pagi saya ketemu beliau lagi saat ada makan pagi di rumah Mudir, ustadz Ma’ruf Rohmat. Di sana ustadz Rosyidi memperlihatkan sebuah foto…yach foto yang sudah nampak kumal. Meski demikian penasaran, karena beliau bilang di sini ada Gus Dur.

Mana Ustadz…!, tanya saya. Dan beliau memberikan foto itu, lalu karena saya mbawa kamera; segera foto langka itu saya repro dengan kamera DSLR Canon EOS Kiss N series. Dan alhamdulillah, cukup jelas hasilnya.

Berikut foto Gus Dur sekitar tahun 1967 (Menurut Ustadz Rosyidi Asyrofi), saat berpose bersama para mahasiswa jurusan Ad-Dirosah Al-Islamiyah, Universitas Al-Azhar Cairo Mesir. Gus Dur duduk di bawah…
Gus Dur dan kawan-kawan di Al-Azhar

Gus Dur dan kawan-kawan di Al-Azhar

Berikut Foto Gus Dur Muda dan Tua: (saya ambil dari flickr dan wikipedia)
Gus Dur semasa Muda dan Tua ketika duduk

Gus Dur semasa Muda dan Tua ketika duduk

Ustadz KH. Ahmad Rosyidi Asyrofi, Lc dan Saya: (saya ambil pada 01 jan 2010)
Ustadz Rosyidi (1 Jan 2010)

Ustadz Rosyidi (1 Jan 2010)

Saya belum mengorek lebih jauh perihal Gus Dur semasa kuliah di Mesir, versi Ustadz Rosyidi. Sekedar foto ini, semoga membuat sejarah tidak musnah begitu saja.

Ndak hanya di Mesir, gus Dur kuliah di banyak negara, akhirnya penghargaan diraihnya dan juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan:

1. Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
2. Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
3. Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (2000)
4. Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
5. Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
6. Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
7. Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
8. Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
9. Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)
10. Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)

Kita ambil yang terbaik dari pridabi Gus Dur untuk kita contoh, dan kalau ada yang tidak baik, hanya Alloh SWT Yang Maha Mengetahui.






Seperti sama2 sudah kita ketahui, bahwa Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun. Ia salah satu tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Gus Dur lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”. Kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kyai yang berati “abang” atau “mas”.

Singkat cerita, pendidikan Gus Dur selepas SLTA adalah ke Mesir. Pada tahun 1963, Gus Dur dapat beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh Universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Gus Dur terpaksa mengambil kelas remedial.

Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa. Ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas. Detail tentang Gus Dur ada di WikiPedia.

Usai shubuh, saya ngobrol sampai jam 06 pagi di bawah tangga kantor ma’had Assalaam bersama Ustadz Rosyidi Asyrofi (Sesepuh Ma’had dan Ketua Dewa kyai PPMI Assalaam. Kemudian sekitar jam 08 pagi saya ketemu beliau lagi saat ada makan pagi di rumah Mudir, ustadz Ma’ruf Rohmat. Di sana ustadz Rosyidi memperlihatkan sebuah foto…yach foto yang sudah nampak kumal. Meski demikian penasaran, karena beliau bilang di sini ada Gus Dur.

Mana Ustadz…!, tanya saya. Dan beliau memberikan foto itu, lalu karena saya mbawa kamera; segera foto langka itu saya repro dengan kamera DSLR Canon EOS Kiss N series. Dan alhamdulillah, cukup jelas hasilnya.

Berikut foto Gus Dur sekitar tahun 1967 (Menurut Ustadz Rosyidi Asyrofi), saat berpose bersama para mahasiswa jurusan Ad-Dirosah Al-Islamiyah, Universitas Al-Azhar Cairo Mesir. Gus Dur duduk di bawah…
Gus Dur dan kawan-kawan di Al-Azhar

Gus Dur dan kawan-kawan di Al-Azhar

Berikut Foto Gus Dur Muda dan Tua: (saya ambil dari flickr dan wikipedia)
Gus Dur semasa Muda dan Tua ketika duduk

Gus Dur semasa Muda dan Tua ketika duduk

Ustadz KH. Ahmad Rosyidi Asyrofi, Lc dan Saya: (saya ambil pada 01 jan 2010)
Ustadz Rosyidi (1 Jan 2010)

Ustadz Rosyidi (1 Jan 2010)

Saya belum mengorek lebih jauh perihal Gus Dur semasa kuliah di Mesir, versi Ustadz Rosyidi. Sekedar foto ini, semoga membuat sejarah tidak musnah begitu saja.

Ndak hanya di Mesir, gus Dur kuliah di banyak negara, akhirnya penghargaan diraihnya dan juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan:

1. Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
2. Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
3. Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (2000)
4. Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
5. Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
6. Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
7. Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
8. Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
9. Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)
10. Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)

Kita ambil yang terbaik dari pridabi Gus Dur untuk kita contoh, dan kalau ada yang tidak baik, hanya Alloh SWT Yang Maha Mengetahui.

Tidak ada komentar: