Kamis, 27 Mei 2010

Mencari Pemimpin yang merakyat

Seorang pemimpin yang ideal bukannya orang yang suka di hormati ataupun gila hormat namun, seorang pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat, selalu menghargai jerih payah dari masyarakat, dan tidak pernah sedikitpun merasa menjadikan musuh bagi rakyatnya. Karena seorang pemimpin yang sejati memiliki sifat dari dalam dirinya bukan karena sekedar meniru gaya pemimpin yang lain, pemimpin harus bisa menunjukkan kecintaanya kepada rakyatnya dengan memberikan bukti cintanya pada rakyat dengan membuat kebijaksanaan yang pro rakyat. Semakin dekat dengan rakyat seorang pemimpin akan dicintai,di hargai dan didukung oleh rakyatnya

Bagaimana mewujudkan seorang pemimpin yang benar-benar pro rakyat, salah satunya adalah dengan memilih figur-figur pemimpn yang telah memberikan kontribusi nyata terhadap rakyatnya. Disini bisa kita lihat sejarah besar bagi pemimpin yang benar-benar kekuasaannya untuk kesejahteraan rakyatnya ,bukan untuk menindas rakyatnya .

Nama Sri Sultan HB IX bagi sebagian rakyat Indonesia tidak asing lagi apalagi bagi masyarakat jawa karena Beliau adalah menjadi pemimpin yang cinta pada rakyatnya dan betul-betul merakyat pada waktu itu. Sehingga pemimpin yang telah menyatu engan rakyatnya akan sulit untuk dilupakan atas jasa-jasanya yang telah diberikan selama ini .

Berharap dalam Pilkada Provinsi Kepri kali ini bisa mewujudkan pemimpin yang betul-betul peduli dengan penderiataan rakyat, sesuai dengan janji-janji yang disampaikan saat berorasi didepan umum. Kini saatnya rakyat Kepri menunggu atas semua janji yang pernah disampaikan oleh para calon Gubernur saat kampanye, Semoga saja pemimpin yang terpilih saat ini bisa menepati janji dan benar-benar amanah atas kekuasaan yang di emban. Karena kekuasaan adalah ditangan rakyat maka seharusnya pemimpin bekerja hanya untuk rakyat, bukan untuk golongan ,kelompok atau bahkan pribadi.

Masayarakat saat ini sudah mengalami kejenuhan politik , karena setiap ada pemilu baik pemilu walikota, gubernur, ataupun presiden , rakyat seolah –olah dianggap dan dibutuhkan saat-saat menjelang perhelatan akbar saja, agar mendapatkan dukungannya, namun setelah itu semua beakhir dan keinginan tercapai maka rakyat tidak berguna lagi, dilupakan, di tindas dengan kebijaksanaannya yang membuat sulitnya mencari nafkah. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kasus yang baru saja terjadi di kepri 26 mei 2010. bahwa lebih dari separoh masyarakatnya tidak mendatangi TPS karena rasa jenuh yang menghinggap di masyarakat, “memilih ataupun tidak sama saja kok , tidak ada bedanya, mendingan tetap bekerja di pabrik atau jalan-jalan mengisi hari libur bersama keluarga tercinta, peduli amat dengan pilkada , mereka yang dipilh saja setelah naik tidak peduli sama rakyatnya.” Ungkapan semcam ini lah yang muncul dari berbagai masyarakat yang pernah penulis temukan.

Jadi masyarakat saat ini sudah pintar dan pandai jangan dianggap bodoh lagi, Pemilu Kada kepri saat ini merupakan bukti nyata yang tidak bisa dipungkiri bahwa kinerja pemimpin yang telah dipilih beberapa waktu yang lalu tidak sesuai harapan masyarakat, karena tidak menepati janjinya,.alias bohong belaka, buktinya masyarakat yang mayoritas berprofesi buruh menelan pil pahit dari keputusan pemerintah daerah.

Mari melihat dengan mata terbuka lebar dan hati nurani yang ada, bagaimana persoalan kaum buruh di prov. Ini, buruh bekerja dengan gaji yang tidak sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya. ***

Tidak ada komentar: